Hambatan Komunikasi Lintas Budaya dalam Dakwah Multikultural Modern


Oleh Cindy Melania Fitriani (B91219091)


Kehidupan multikultural modern itu ditandai dengan adanya peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas yang sudah meninggalkan fase transisi (kehidupan desa yang sudah maju).

 

Kehidupan masyarakat modern sudah kosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Namun di sisi lain sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat dan sistem kekerabatan sudah mulai diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam suatu sistem yang kaku, dan hubungan - hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing - masing masyarakat. 


Masyarakat modern pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya.


Adapun faktor hambatan komunikasi lintas budaya dalam dakwah multikultural modern yang sering terjadi adalah sebagai berikut : 


1). Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan media.


2). Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama, dan sosial yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.


3). Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan persepsi yang dimiliki oleh individu (mad'u) mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan perbedaan dalam mengartikan atau memaknakan sesuatu.


4). Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat motivasi mad'u menerima pesan dakwah. Rendahnya tingkat motivasi mad'u menerima pesan dakwah mengakibatkan komunikasi dakwah menjadi terhambat.


5). Pengalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang dimiliki individu (mad'u). Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing - masing mad'u dapat menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.


6). Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar (mad'u). Apabila emosi mad'u sedang buruk maka hambatan komunikasi dakwah yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.


7). Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika penyampai pesan (da'i) dan penerima pesan (mad'u) menggunakan bahasa atau kata - kata yang tidak dimengerti oleh mad'u sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna.


8). Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau gesture.


9). Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima pesan (mad'u) sedang melakukan kegiatan lain di saat menerima pesan dakwah.


Berbagai hambatan komunikasi lintas budaya yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki. Untuk bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi yang lebih efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Berikut adalah cara mengatasi hambatan komunikasi, yaitu :


1). Memelihara komunikasi lintas budaya dalam dakwah multikultural modern agar senantiasa terbuka.


2). Bertekad untuk memegang teguh etika dalam komunikasi dakwah lintas budaya dan menjalankannya dengan baik.


3). Menggunakan pendekatan komunikasi dakwah lintas budaya yang berpusat pada mad'u.


4). Menggunakan teknologi yang ada secara bijaksana dan bertanggung jawab agar dapat memperoleh dan membagi informasi dengan baik dan efektif kepada mad'u.


5). Menciptakan serta memproses pesan secara efektif dan juga efisien. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara yakni : memahami apa yang di sampaikan oleh juru dakwah, menyesuaikan materi pesan dakwah dengan mad'u, memilih saluran atau media secara tepat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi lintas budaya untuk juru dakwah.


Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, kita sebagai seorang calon da'i dan da'iyah di masa depan harus mampu untuk mengatasi hambatan di dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad'u multikultural modern, sebagai contoh kita bisa menerapkan dan meneladani para walisongo yang mampu menerapkan pola komunikasi efektif dalam komunikasi dakwah lintas budaya, sehingga apa yang di lakukan oleh para walisongo membuahkan hasil yang luar biasa besar bagi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. Khususnya adalah masyarakat Jawa, dengan pendekatan para walisongo yang sangat humanis dan sangat toleran maka mudah sekali ajarannya diterima oleh mad'u di manapun para walisongo menyampaikan dakwahnya.



Referensi


Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural, Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003.


Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar, Jakarta : Professional Books, 1997.


Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005.


Mutadi, Asep Saeful, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan dan Aplikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2012.


Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: Konteks - konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa Unik Sambal Tumpang Khas Kediri, Gunakan Tempe Setengah Busuk

Budaya dan Kearifan Dakwah