"MENGENAL DAKWAH MULTIKULTURAL & KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA"
Apa sebetulnya yang disebut dengan dakwah? Kata
dakwah sering diungkapkan dalam Al - Qur’an secara langsung oleh Allah dalam
ayat Al - Qur’an. Ini membuktikan bahwa dakwah adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Dakwah menurut bahasa berasal dari kata yang berarti
panggilan, seruan dan ajakan (Pimay, 2005. 3). Sedangkan menurut istilah,
banyak sekali definisi dakwah. Menurut Saifudin Azhari, dakwah adalah segala
aktivitas yang mengubah suatu situasi lain yang lebih baik menurut ajaran
islam. Tetapi juga berupa usaha untuk meneruskan dan menyampaikan kepada
perorangan dan umat. Konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia
di dunia dan akhirat ini yang meliputi amar ma’ruf nahi mungkar, dengan
berbagai media dan cara yang diperbolehkan, akhlak yang membimbing
pengalamannya dalam kehidupan perseorangan, berumah tangga tangga, bermasyarakat,
bernegara (Anshari, 1969. 87).
Dakwah secara normatif yakni mengajak manusia kepada
jalan kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat (Mahfud,
1970. 27). Lalu yang di maksud dengan berdakwah secara multikultural adalah upaya
aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kehidupan manusia
beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara berpikir, merasa, bersikap dan berperilaku manusia pada
dataran individual maupun sosiokultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Rozi,2007.34).
Definisi Komunikasi Lintas Budaya
Budaya - budaya yang berbeda memiliki sistem nilai
yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda. Cara
berkomunikasi sangat bergantung pada budaya, bahasa, aturan, dan norma masing-masing
(Liliweri,2011.9). Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Keduanya memperhatikan pada variasi langkah dan cara manusia
berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Dalam bukunya,
Abraham laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah who says what to whom in
this channel with what effect (siapa berbicara apa dengan media apa yang
menghasilkan efek).
Efek disini merupakan sikap dan tingkah laku dari hasil
berkomunikasi tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
pertukaran pesan dari komunikator dan komunikan yang menghasilkan efek. Disini
jika kita runtut, kebanyakan para ahli mendefiniskan komunikasi dari
unsur-unsurnya. Adapun unsur - unsur komunikasi adalah : komunikator,
komunikan, pesan, media, dan efek.
Adapun komunikasi lintas budaya adalah komunikasi
yang dilakukan untuk segala macam budaya. Sudah diketahui bahwa di dunia ini
banyak sekali ragam budaya. Kita ambil contoh Indonesia saja. Di negri ini,
ratusan macam budaya berbeda. Kebanyakan kegagalan berkomunikasi adalah akibat
faktor ketidak pahaman akan budaya. Sementara itu Noise yang paling
berpengaruh dalam proses komunikasi adalah budaya. Komunikasi lintas budaya
mencoba untuk melakukan pendekatan pendekatan dengan berbagai cara, seperti
psikologis, sosiologi, kritik budaya, dialog budaya dan lain lain. Dari sini
akan terbentuk suatu pengertian bersama akan adanya perbedaan budaya.
Komunikasi lintas budaya mencoba untuk memahami akan keragaman tersebut.
Sehingga benturan - benturan kebudayaan atau disintregasi sosial tidak akan
terjadi (Mulyana, 2001. 12). Menurut
teori komunikasi antar budaya, Edward T. Hall, komunikasi dan budaya memiliki
hubungan sangat erat. Menurutnya, communication is culture and
culture is communication.
Kesimpulan Dakwah Multikultural & Komunikasi
Lintas Budaya
Dalam dakwah, unsur dakwah meliputi dai, mad’u, metode,
materi, media. Dan dalam komunikasi, unsurnya adalah komunikator, komunikan,
pesan, media, dan efek. Keduanya hampir sama maknanya, hanya saja dalam unsur
dakwah, efek tidak dicantumkan. Namun pasti setiap komunikasi baik dilakukan
dengan kemasan dakwah, akan tetap memberikan efek tersendiri. Contohnya, seorang
da’i, dituntut untuk bisa menyampaikan materi kepada mad’u secara
gamblang dan dapat diterima oleh mad’u, ini merupakan keharusan. Karena
seorang da’i dianggap berhasil apabila ia telah mampu memahamkan mad’u-nya.
Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah (dakwah antar suku, budaya dan bangsa), dimana da’i
dan mad’u berbeda suku dan budaya dalam satu kesatuan bangsa atau pun berbeda
bangsa (Enjang, 2009. 69).
Bagaimana para da’i melakukan tugasnya sebagai
pengayom masyarakat, penyelamat masyarakat dan memajukan masyarakat dengan pendekatan
yang lebih dekat dan ramah dengan budaya yang dianut masyarakat setempat
(Aripuddin, 2011. 16). Kemudian dalam kaitannya dengan dakwah multikultural
adalah pada tujuan dan fungsi dari komunikasi lintas budaya itu sendiri. Dalam
komunikasi, hal ini disebut komunikasi efektif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
seorang dai harus bisa memahami kondisi mad’u. Di sinilah letak
pentingnya komunikasi lintas budaya, karena dengan memahami budaya yang ada,
maka dakwah dapat dilaksanakan dengan baik.
Salah satu metode yang digunakan dalam berdakwah
adalah dakwah
bil hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan dengan cara yang arif dan
bijaksana, yaitu melalui pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah
mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
tekanan, mapun konflik. Inilah yang bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas
budaya. Penekanannya adalah cara melaksanakan dakwah Rasulullah dan menjadi
rujukan dan referensi dakwah bagi kita saat ini. Melakukan dakwah yang sebenarnya
adalah hal yang sangat mudah. Karena kita dapat melakukan dakwah dimana saja
dan kapan saja. Dalam menyampaikan dakwah kita harus merujuk kepada Al-Quran
dan Hadis Nabi. Salah satu metode dakwah yang sampai saat ini masih relevan
dipraktekkan
oleh para dai adalah dapat merujuk kepada Hadis Nabi sebagai berikut: “Permudahlah,
jangan mempersulit, sampaikan kabar gembira dan jangan membuat orang lari (HR.
Bukhari).”
Dakwah antar budaya merupakan proses dakwah yang mempertimbangkan
keragaman budaya antar da’i (subjek dakwah) dan mad’u (objek dakwah),
dan keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada tingkat antar budaya,
agar pesan dakwah dapat tersampaikan, dengan tetap terpeliharanya situasi damai
(Aripudin, 2012. 25). Dakwah antar budaya merupakan kajian proses berdakwah mengajak
seorang manusia untuk menyampaikan pesan - pesan agama
Islam dan perilaku Islami sesuai dengan konsep budaya yang berkembang di
masyarakat. Hakikat dakwah antar budaya itu bagaimana kita dalam berdakwah,
menggunakan budaya sebagai materi, metode, sesuai dengan kondisi budaya sasaran
dakwah (mad’u). Karena setiap
orang, setiap tempat wilayah dan lingkungan mempunyai kondisi sosial budaya
yang berbeda-beda.
Lebih lanjut, mempelajari dan mengenal dakwah multikultural
dan komunikasi lintas budaya dapat membuat kita lebih berhati-hati dalam
membangun hubungan dengan budaya
lain. Para pendakwah harus memahami tempat, budaya, kebiasaan dan bahasa objek
dakwahnya karena hal tersebut menentukan kesuksesan dakwah yang dilakukannya.
Refrensi
Aripudin, Acep. 2011. Pengembagan Metode Dakwah : Respons Da’i
Terhadap Dinamika Kehidupan di Kaki Ceremai. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta
Aripudin, Acep. 2012. Dakwah Antar Budaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Purwokerto: STAIN Purwokerto
Press
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahan Departemen Agama RI dengan
Transliterasi Model Per Baris., 2001. Semarang : CV. Asy Syifa’.
Enjang, Aliyudin. 2009. Dasar-dasar ilmu dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran.
Liliweri, Alo. 2011. Dasar-dasat komunikasi antar budaya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Liliweri, Alo. 2009. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
LKiS
Mahfud, Syeh Ali. 1970. Hidayah Al-Mursyidik terj. Yogyakarta: Usaha Penerbit
Tiga A.
Mulyana, Dedy. Jalaludin Rachmat. 2001. Komunikasi Antar Budaya, Bandung:
Rosdakarya.
Pimay, Wafiah Awaludin. 2005. Paradigma Dakwah Humanis, Strategi dan Metode
Dakwah Saefudin Zuhri. Semarang: Rasail.
Pimay, Wafiah Awaludin. 2005. Sejarah Dakwah. Semarang: Rosail.
Qardhawi, Yusuf. 1996. Fatwa-Fatwa, Kontemporer Jilid 2, Jakarta:
Gema Insani Press
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rozi, Fachrur, 2007. “Kontroversi Dakwah Inklusif ”. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.
27, No. 1, Januari-Juni 2007
Terima kasih, sangat bermanfaat sekali
BalasHapusAlhamdulillah, sangat bermanfaat sekali kak ππ
BalasHapusTerimakasih, sangat bermanfaat ❤️
BalasHapusKeren π
BalasHapus