“TUJUAN, FUNGSI, & PERANAN DAKWAH DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA”

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Manusia secara fisik hampir tak memiliki perbedaan yang mencolok antara satu dengan yang lainnya. Kemudian dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap objek dakwah. Dari masa ke masa kegiatan dakwah selalu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi budaya dan situasi lingkungan. Para da’i dituntut harus bisa mengetahui gambaran dakwah atau uraian yang mengandung berbagai keterangan, informasi, dan data yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun suatu rencana kegiatan dakwah secara sistematis dan terinci tentang daerah atau batasan geografis yang nantinya akan mewujudkan dakwah antar budaya oleh sang da’i. Oleh karenanya dibutuhkan aktivitas dakwah agar senantiasa mampu mewujudkan dakwah antar budaya saling rukun, saling menghormati dan menghargai diantara sesama serta mampu menjalin hidup yang toleran dengan kearifan budaya yang ada.

 Tujuan dakwah dalam komunikasi antar budaya merupakan proses dakwah yang mempertimbangkan keragaman budaya antar subjek, objek dakwah serta keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi supaya pesan dakwah dapat tersampaikan dengan tetap terpelihara situasi dan kondisi dengan damai. Fungsi dakwah dalam komunikasi antar budaya merupakan sebuah proses ikhtiar menyampaikan sekaligus mengajak menuju risalah ajaran Islam secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang sejarah, untuk itu diperlukan pengelolaan yang bijaksana, memakai argumentasi data dan informasi dengan penampilan (kemasan) yang baik. Pesan-pesan dakwah hendaknya dapat memberikan petunjuk dan pedoman hidup yang menyejukkan hati (Basit, 2005:151)

Peranan dakwah dalam komunikasi antar budaya mencakup beberapa sendi yang sangat luas, hal ini dapat berlangsung dengan baik bila kita mau menjaga keharmonisan dan sikap toleransi antar budaya. Untuk mewujudkan keberlangsungan dakwah antar budaya ini tentunya yang perlu kita lakukan adalah tindakan – tindakan, sikap, perilaku yang sudah terprogram secara baik dan dikerjakan sesuai dengan rencana yang matang, tidak dengan asal melakukan. Misalnya kita melakukan perencanaan, penyelenggaraan berdakwah dengan cara bagaimana agar dakwah kita tidak menyinggung perasaan bagi mereka yang tidak satu keyakinan dengan kita,

begitu pula sebaliknya kita juga tidak mengganggu dan mengejek ibadah mereka sebatas mereka juga tidak mengganggu dengan ibadah yang kita lakukan (Amin, 2009: XVII).

Sebagai makhluk yang berbudaya, maka misi dakwah melalui pendekatan dakwah komunikasi antar budaya, manusia selalu hidup bersama dan tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap manusia hidup dalam satu lingkungan budaya tertentu. Setiap lingkungan budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilai-nilai sosial dan budaya yang diacu oleh warga masyarakat sebagai penghuninya. Melalui suatu proses secara berkesinambungan itulah setiap manusia akan menganut suatu nilai dakwah yang diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” yakni pola sikap dan perilaku kehidupan sehari - hari, dengan demikian pola perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain akan dipengaruhi oleh nilai - nilai yang diperoleh dari lingkungan antar budayanya.

Kekuatan nilai - nilai dakwah antar budaya maupun segala sumber daya budaya yang ada akan membentuk dan mempengaruhi pula tingkah laku. Oleh karena itu, setiap individu memiliki lingkungan sosial antar budaya yang saling berbeda dengan yang lain, maka situasi ini menghasilkan karakter sosial budaya setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain dan itu yang kita sebut penerapan dakwah dalam komunikasi antar budaya, meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah sama persis dengan anggota keluarga lainnya karena lingkungan budayanya tidak terbatas pada keluarga, melainkan mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya.. Untuk mewariskan budaya tersebut, proses dakwah dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu: (1) pembiasaan (habit formation), (2) proses dakwah dan nasihat baik, dan (3) keteladanan (role model).

Sebagaimana agama Islam saat ini, Islam memberi banyak petunjuk dalam hal penerapan dakwah dalam komunikasi antar budaya, kalau dalam Islam kita kenal dengan istilah ukhuwah Islamiah, suatu ikatan persaudaraan tidak hanya kepada sesama muslim akan tetapi lebih dari itu kepada non muslim sekalipun kita juga diharapkan selalu bersikap baik saling menghormati satu sama lain dan ini akan menumbuhkan dakwah komunikasi antar budaya semakin terasa. (Amin, 2009:215).

‘’Review Video Tujuan, Fungsi, dan Peranan dakwah dalam komunikasi antar budaya.’’

Terdapat lima video dengan materi yang berbeda – beda, namun masih dalam satu sub pembahasan yang sama, untuk itu akan saya rangkum jadi satu, sebagai berikut :

Adanya keterkaitan antara bahasa dan budaya. Fungsi dari bahasa adalah pertukaran komunikasi dan sebagai identitas diri seseorang. Semisal bahasa Prancis terkenal dengan bahasa dan orang – orangnya yang romantis, di Indonesia sendiri ada tradisi saling menghormati dan menghormati pada masyarakat, ucapan salam, permisi, kulo nuwun, punten, campurrasun, dan merendahkan badan terkadang dipraktikan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain, itu semua merupakan kearifan lokal yang selama ini kita lakukan dalam kehidupan kita. Bentuk penghormatan tersebut dipandang masyarakat yang mempunyai perilaku dan tatanan budaya yang luhur, dan dalam hal ini Islam juga mengajarkan budaya yang saling menghormati, budaya toleransi, budaya saling tegur sapa serta budaya silaturrahmi saling mengunjungi diantara kita. Dengan demikian Islam juga memandang kehidupan yang baik ini selalu kita tingkatkan untuk menuju suatu kehidupan yang baik, aman tentram dan selalu harmoni. Hal serupa juga terjadi pada keluarga kita juga pada masyarakat pesantren dengan mencium tangan bagi orang yang dianggap mulai atau yang lebih dewasa dari kita. Budaya tersebut juga dilakukan oleh masyarakat belanda dengan mencium tangan orang yang dianggap mulia bahkan orang Jepang juga melakukan hal yang sama yakni membungkukkan badan seraya mengucapkan salam mereka. Karena sikap serupa tak dapat menghapuskan makna di baliknya yakni penghormatan atau penghargaan. Inilah urf Islam yang di dapat dalam al-Qur’an “Waltakum minkum ummatun yad’una ila al-khoiri wa ya’muruuna bil al-ma’ruf wa yanhauna an al-munkar” (dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru manusia kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dari segala yang munkar).

Manusia memiliki unsur - unsur potensi budaya yaitu pikiran cipta, rasa dan karsa, dan karya. Hasil keempat potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama. Dengan karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan dalam hidupnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola - pola perilaku yang disebarkan secara sosial, dan akhirnya menjadi kekhususan kelompok sosial tertentu. Menurut The American Herritage Dictionary kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia atau suatu kelompok manusia. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai ruang lingkup dakwah antar budaya yaitu suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.   Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda - benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola - pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan masyarakat sehingga dakwah kita walaupun berbeda budaya akan selalu tetap terjaga (Suranto, 2010:24).     

Usaha - usaha ini menunjukkan kita pada karakter budaya suatu masyarakat dan ini merupakan kunci utama dalam memahami dan mengembangkan dakwah antar budaya, Islam seharusnya bisa membedakan mana yang harus kita lakukan bila hal itu baik dan meninggalkan budaya yang kita anggap bertentangan dengan agama. Sebagai makhluk yang berbudaya, maka misi dakwah melalui pendekatan komunikasi dakwahnya manusia selalu hidup bersama dan tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak lahir manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari, semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Kekuatan nilai - nilai komunikasi dakwah maupun segala sumber daya budaya yang ada akan membentuk dan mempengaruhi pula tingkah laku.

Oleh karena itu, setiap individu memiliki lingkungan sosial antar budaya yang saling berbeda dengan yang lain (culture shock), maka dari itu situasi ini menghasilkan karakter sosial budaya setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain dan itu yang kita sebut komunikasi dakwah antar budaya, meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah sama persis dengan anggota keluarga lainnya, karena lingkungan budayanya tidak terbatas pada keluarga, melainkan mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya.

Refrensi

Ali Anwar Yusuf, 2002, Wawasan Islam, Bandung, Pustaka Setia.

Acep Ajripudin, 2012, Dakwah Antar Budaya, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya , 2013, Sosiologi Dakwah, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Aang Ridwan, 2013, Filsafat Komunikasi, Bandung, Pustaka Setia.

Basit Abdul, 2005, Wacana dakwah Kontemporer, Yogyakarta: STAIN Purwokerto & Pustaka Pelajar.

Jalaluddin Rakhmat, 1994, Konsep-konsep Antropologis, Jakarta, Paramadina.

Deddy Mulyana, 2009, Komunikasi Antar Budaya, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Moh. Ali Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta, PT. Kencana.

Suranto, 2010, Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Samsul Munir Amin, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta, AMZAH.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa Unik Sambal Tumpang Khas Kediri, Gunakan Tempe Setengah Busuk

Budaya dan Kearifan Dakwah